Laman

Kamis, 25 September 2014

Jokowi, Mantan Pengusaha Mebel Yang Jadi Presiden



Dunia politik di Indonesia dewasa ini sudah dipenuhi segala macam intrik, itikad tidak baik, dan pembunuhan karakter yang menurut saya sudah mencapai tingkat paling fatal, dan tak terbendung lagi. Begitupun dengan perang media yang kian marak, Media yang dalam hal ini Televisi, Surat kabar, maupun online telah dimanfaatkan oleh segelintir kelompok untuk mencitrakan baik mereka di mata masyarakat sekaligus menjegal lawan politiknya. Bisa jadi tidak ada lagi bintang-bintang politik di jaman ini yang benar-benar bersih dan mengabdi untuk rakyat.

Gelaran politik di tahun ini, semacam pemilu legislatif dan pemilu presiden merupakan momentum penting bagi perkembangan demokrasi di negeri ini. Partai Demokrasi Indonesia perjuangan (PDI P) menjadi pemenang dalam pileg, hal yang tidak dapat dipungkiri adalah dengan adanya sosok Joko Widodo.

Jokowi mantan pengusaha mebel yang menjadi presiden RI
Pria yang akrab disapa Jokowi ini memiliki sepak terjang sebagai walikota Solo, lalu kemudian menjabat menjadi Gubernur DKI Jakarta. Dan dalam pilpres tahun ini ia dicalonkan oleh partai pengusungnya untuk menjadi capres yang di pasangkan dengan Jusuf Kalla.

Sebelum terjun kedunia politik, jokowi yang menamatkan pendidikan di Fakultas kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM), terlebih dulu menekuni karies sebagai seorang pengusaha mebel. Tentu mebel jati murah berkualitas dijual jokowi saat itu dengan harga furniture jati yang murah. Furniture jati murah merupakan keunggulan tersendiri, mebel jati jepara minimalis, mebel jati jepara murah bukan hanya berasal dari mebel jati pasuruan. Tapi bisa saja mebel jati blora yang memiliki gambar mebel jati berkualias.

Yang jelas dalam contoh jokowi kita dapat menarik kesimpulan bahwa siapa saja berhak dan layak untuk sukses. Termasuk menjadi orang nomor satu di negara ini asalkan kita mau berusaha untuk menggapainya. Jokowi merupakan salah satu contoh sukses dari seorang mantan tukang mebel yang terjun ke ranah politik.

Untuk mengetahui info lebih lengkap mengenai seputar pohon jati, silakan kunjungi kami di http://susangallery.co.id atau hubungi melalui nomer kontak di 021-87745100 / 085733047546 Rudi.







Minggu, 21 September 2014

Karakteristik Pohon Jati (Tectona Grandis)



Bentuk fisik keseluruhan dari jati merupakan Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai sekitar 40 meter. Batangnya dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam dan jati bambu nampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Produk mebel/jual mebel erat kaitannya dengan pohon jati yang memiliki kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang dan seringkali masyarakat indonesia salah mengartikan jati dengan tanaman jabon (antocephalus cadamba) padahal mereka dari jenis yang berbeda.

Pohon jati jepara
Pohon jati atau dalam bahasa ilmiahnya disebut Tectona grandis sp dapat tumbuh hingga selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter. Pohon ini biasa dimanfaatkan untuk futniture jepara berkualitas/jepara furniture minimalis dalam memenuhi perabotan rumah tangga.

Pohon jati yang dianggap baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, dan sedikit cabangnya. Kayu jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur lebih daripada 80 tahun. Harga mebel jati jepara dan jual jati jepara adalah produk yang dihasilkan. 

Pohon jati saat baru ditanam
Daun pohon jati umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm × 80-100 cm, sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah pekat apabila diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di buku-bukunya.

Sedangkan bunga majemuk terletak dalam malai besar, 40 cm × 40 cm atau lebih besar, berisi ratusan kuntum bunga tersusun dalam anak payung menggarpu dan terletak di ujung ranting, jauh di puncak tajuk pohon. Taju mahkota 6-7 buah, keputih-putihan, 8 mm, berumah satu. Buah berbentuk bulat agak gepeng, 0,5 – 2,5 cm, berambut kasar dengan inti tebal, berbiji 2-4, tetapi umumnya hanya satu yang tumbuh. Buah tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang melembung menyerupai balon kecil. Nilai Rf pada daun jati sendiri sebesar 0,58-0,63.

Untuk mengetahui info lebih lengkap mengenai seputar pohon jati, silakan kunjungi kami di http://susangallery.co.id atau hubungi melalui nomer kontak di 021-87745100 / 085733047546 Rudi.

Senin, 15 September 2014

Sejarah Tentang Hutan Jati Di Indonesia



Sebagai jenis hutan paling luas di Pulau Jawa, hutan jati memiliki nilai ekonomis, ekologis, dan sosial yang penting. Kayu jati jawa telah dimanfaatkan sejak zaman Kerajaan Majapahit. Jati terutama dipakai untuk membangun rumah dan alat pertanian seperti mebel jati minimalis. Sampai dengan masa Perang Dunia Kedua, orang Jawa pada umumnya hanya mengenal kayu jati sebagai bahan bangunan. Kayu-kayu bukan jati disebut ‘kayu tahun’. Artinya, kayu yang keawetannya untuk beberapa tahun saja.

Penanaman bibit pohon Jati Jepara abad ke-19
Selain itu, jati digunakan dalam membangun kapal-kapal niaga dan kapal-kapal perang. Beberapa daerah yang berdekatan dengan hutan jati di pantai utara Jawa pun pernah menjadi pusat galangan kapal, seperti mebel jati pasuruan, Tegal, Juwana, Tuban, dan Pasuruan. Namun, galang kapal terbesar dan paling kenal berada di Jepara dan Rembang, sebagaimana dicatat oleh petualang Tomé Pires pada awal abad ke-16.

VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) bahkan sedemikian tertarik pada “emas hijau” ini hingga berkeras mendirikan loji pertama mereka di Pulau Jawa, tepatnya di Jepara pada 1651. VOC juga memperjuangkan izin berdagang jati melalui Semarang, Jepara, dan Surabaya. Ini karena mereka menganggap perdagangan jati akan jauh lebih menguntungkan daripada perdagangan rempah-rempah dunia yang saat itu sedang mencapai puncak keemasannya.
Para pekerja sedang membawa hasil kayu jati
Di pertengahan abad ke-18, VOC telah mampu menebang gambar jati secara lebih modern. Dan, sebagai imbalan bantuan militer mereka kepada Kerajaan Mataram di awal abad ke-19, VOC juga diberikan izin untuk menebang lahan hutan mebel jati asli yang luas. VOC lantas mewajibkan para pemuka bumiputera untuk menyerahkan jati kepada mereka dalam jumlah tertentu yang besar. Melalui sistem blandong, para pemuka bumiputera ini membebankan penebangan kepada rakyat di sekitar hutan. Sebagai imbalannya, rakyat dibebaskan dari kewajiban pajak lain. Jadi, sistem blandong tersebut merupakan sebentuk kerja paksa.

VOC kemudian memboyong pulang gelondongan mebel jati jepara jawa ke Amsterdam dan Rotterdam. Kedua kota pelabuhan terakhir ini pun berkembang menjadi pusat-pusat industri kapal kelas dunia. Di pantai utara Jawa sendiri, galangan-galangan kapal Jepara dan Rembang tetap sibuk hingga pertengahan abad ke-19. Mereka gulung tikar hanya setelah banyak pengusaha perkapalan keturunan Arab lebih memilih tinggal di Surabaya. Lagi pula, saat itu kapal lebih banyak dibuat dari logam dan tidak banyak bergantung pada bahan kayu.

Namun, pasca kemerdekaan negeri ini, mebel jati blora jawa masih sangat menguntungkan. Produksi jati selama periode emas 1984-1988 mencapai 800.000 m3/tahun. Ekspor kayu gelondongan jati pada 1989 mencapai 46.000 m3, dengan harga jual dasar 640 USD/m3.

Pada 1990, ekspor gelondongan jati dilarang oleh pemerintah karena kebutuhan industri kehutanan di dalam negeri yang melonjak. Sekalipun demikian, Perhutani mencatat bahwa sekitar 80% pendapatan mereka dari penjualan semua jenis kayu pada 1999 berasal dari penjualan gelondongan jati di dalam negeri. Pada masa yang sama, sekitar 89% pendapatan Perhutani dari ekspor produk kayu berasal dari produk mebel jati jepara minimalis, terutama yang berbentuk garden furniture (mebel taman).

Hasil produk mebel jati jepara susan gallery

Jumat, 12 September 2014

Persebaran Hutan Jati Di Indonesia


Gambar Jati

Indonesia dikenal sebagai paru-paru dunia, karena di negara kita ini banyak terdapat pohon-pohon dan tanaman yang beraneka ragam. Hutan tropis menjadi tempat bertumbuhnya pepohonan, salah satunya pohon jati. Di Indonesia sendiri, selain di Jawa dan Muna, pohon jati juga dikembangkan di Bali dan Nusa Tenggara.

Dalam beberapa tahun terakhir, ada upaya untuk mengembangkan jati di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Hasilnya kurang menggembirakan. Jati mati setelah berusia dua atau tiga tahun dan tidak bias memproduksi mebel jati. Masalahnya, tanah di kedua tempat ini sangat asam. Jati sendiri adalah jenis yang membutuhkan zat kalsium dalam jumlah besar, juga zat fosfor. Selain itu, jati membutuhkan cahaya matahari yang berlimpah.

Sekarang, di luar Jawa, kita dapat menemukan hutan jati secara terbatas di beberapa tempat di Pulau Sulawesi, Pulau Muna, daerah Bima di Pulau Sumbawa, dan Pulau Buru. Jati berkembang juga di daerah Lampung di Pulau Sumatera. Pada 1817, Raffles mencatat jika hutan jati tidak ditemukan di Semenanjung Malaya atau Sumatera atau pulau-pulau berdekatan. Jati mebel jepara hanya tumbuh subur di Jawa dan sejumlah pulau kecil di sebelah timurnya, yaitu Madura, Bali, dan Sumbawa. Perbukitan di bagian timur laut Bima di Sumbawa penuh tertutup oleh jati pada saat itu.

Jati Jepara
Heyne, pada 1671, mencatat keberadaan jati di Sulawesi, walau hanya di beberapa titik di bagian timur. Ada sekitar 7.000 ha di Pulau Muna dan 1.000 ha di pedalaman Pulau Butung di Teluk Sampolawa. Heyne menduga jati sesungguhnya terdapat pula di Pulau Kabaena, serta di Rumbia dan Poleang, di Sulawesi Tenggara. Analisis DNA mutakhir memperlihatkan bahwa jati di Sulawesi Tenggara merupakan cabang perkembangan jati jawa.

Gambar mebel jati yang tumbuh di Sulawesi Selatan baru ditanam pada masa 1960an dan 1970an. Ketika itu, banyak lahan di Billa, Soppeng, Bone, Sidrap, dan Enrekang sedang dihutankan kembali. Di Billa, pertumbuhan pohon jatinya saat ini tidak kalah dengan yang ada di Pulau Jawa. Garis tengah batangnya dapat melebihi 30 cm.

Demikian tadi uraian yang penulis sampaikan yang dikutip dari berbagai sumber, semoga bermanfaat bagi anda yang ingin mencari referensi tentang kayu jati. Untuk mengetahui info lebih lanjut mengenai kayu jati, silakan anda cek di http://susangallery.co.id atau hubungi kami melalui nomer kontak di 021-87745100.